B. Indonesia

Pertanyaan

tuliskan syair perahu karya hamzah fansuri

2 Jawaban

  • syair perahu karya hamzah fansuri

    inilah gerangan suatu madah
    mengarangkan syair terlalu indah
    membentuli jalan tempat berpindah
    di sanalah iktikat diperbetuli sudah

    wahai muda kenali dirimu
    ialah perahu tamsil hidupmu
    tiadalah berapa lama hidupmu
    ke akhirat jua kekal hidupmu

    hai muda arif budiman
    hasilkan kemudi dengan pedoman
    alat perahumu jua kerjakan
    itulah jalan membetuli insan

    perteguh jua alat perahumu
    hasilkan bekal air dan kayu
    dayung pengayuh taruh disitu
    supaya laju perahumu itu

    sudahlah hasil kayu dan ayar
    angkatlah pula sauh dan layar
    pada beras bekal jantanlah taksir
    niscaya sempurna jalan yang kabir
  • Syair Perahu
    Inilah gerangan suatu madah
    mengarangkan syair terlalu indah,
    membetuli jalan tempat berpindah,
    di sanalah i’tikat diperbetuli sudah

    Wahai muda kenali dirimu,
    ialah perahu tamsil tubuhmu,
    tiadalah berapa lama hidupmu,
    ke akhirat jua kekal diammu.

    Hai muda arif-budiman,
    hasilkan kemudi dengan pedoman,
    alat perahumu jua kerjakan,
    itulah jalan membetuli insan.

    Perteguh jua alat perahumu,
    hasilkan bekal air dan kayu,
    dayung pengayuh taruh di situ,
    supaya laju perahumu itu

    Sudahlah hasil kayu dan ayar,
    angkatlah pula sauh dan layar,
    pada beras bekal jantanlah taksir,
    niscaya sempurna jalan yang kabir.

    Perteguh jua alat perahumu,
    muaranya sempit tempatmu lalu,
    banyaklah di sana ikan dan hiu,
    menanti perahumu lalu dari situ.

    Muaranya dalam, ikanpun banyak,
    di sanalah perahu karam dan rusak,
    karangnya tajam seperti tombak
    ke atas pasir kamu tersesak.

    Ketahui olehmu hai anak dagang
    riaknya rencam ombaknya karang
    ikanpun banyak datang menyarang
    hendak membawa ke tengah sawang.

    Muaranya itu terlalu sempit,
    di manakan lalu sampan dan rakit
    jikalau ada pedoman dikapit,
    sempurnalah jalan terlalu ba’id.

    Baiklah perahu engkau perteguh,
    hasilkan pendapat dengan tali sauh,
    anginnya keras ombaknya cabuh,
    pulaunya jauh tempat berlabuh.

    Lengkapkan pendarat dan tali sauh,
    derasmu banyak bertemu musuh,
    selebu rencam ombaknya cabuh,
    La ilaha illallahu akan tali yang teguh.

    Barang siapa bergantung di situ,
    teduhlah selebu yang rencam itu
    pedoman betuli perahumu laju,
    selamat engkau ke pulau itu.

    La ilaha illallahu jua yang engkau ikut,
    di laut keras dan topan ribut,
    hiu dan paus di belakang menurut,
    pertetaplah kemudi jangan terkejut.

    Laut Silan terlalu dalam,
    di sanalah perahu rusak dan karam,
    sungguhpun banyak di sana menyelam,
    larang mendapat permata nilam.

    Laut Silan wahid al kahhar,
    riaknya rencam ombaknya besar,
    anginnya songsongan membelok sengkar
    perbaik kemudi jangan berkisar.

    Itulah laut yang maha indah,
    ke sanalah kita semuanya berpindah,
    hasilkan bekal kayu dan juadah
    selamatlah engkau sempurna musyahadah.

    Silan itu ombaknya kisah,
    banyaklah akan ke sana berpindah,
    topan dan ribut terlalu ‘azamah,
    perbetuli pedoman jangan berubah.

    Laut Kulzum terlalu dalam,
    ombaknya muhit pada sekalian alam
    banyaklah di sana rusak dan karam,
    perbaiki na’am, siang dan malam.

    Ingati sungguh siang dan malam,
    lautnya deras bertambah dalam,
    anginpun keras, ombaknya rencam,
    ingati perahu jangan tenggelam.

    Jikalau engkau ingati sungguh,
    angin yang keras menjadi teduh
    tambahan selalu tetap yang cabuh
    selamat engkau ke pulau itu berlabuh.

    Sampailah ahad dengan masanya,
    datanglah angin dengan paksanya,
    belajar perahu sidang budimannya,
    berlayar itu dengan kelengkapannya.

    Wujud Allah nama perahunya,
    ilmu Allah akan [dayungnya]
    iman Allah nama kemudinya,
    “yakin akan Allah” nama pawangnya.

    “Taharat dan istinja’” nama lantainya,
    “kufur dan masiat” air ruangnya,
    tawakkul akan Allah jurubatunya
    tauhid itu akan sauhnya.

    Salat akan nabi tali bubutannya,
    istigfar Allah akan layarnya,
    “Allahu Akbar” nama anginnya,
    subhan Allah akan lajunya.

    “Wallahu a’lam” nama rantaunya,
    “iradat Allah” nama bandarnya,
    “kudrat Allah” nama labuhannya,
    “surga jannat an naim nama negerinya.

    Karangan ini suatu madah,
    mengarangkan syair tempat berpindah,
    di dalam dunia janganlah tam’ah,
    di dalam kubur berkhalwat sudah.

    Kenali dirimu di dalam kubur,
    badan seorang hanya tersungkur
    dengan siapa lawan bertutur?
    di balik papan badan terhancur.

    Di dalam dunia banyaklah mamang,
    ke akhirat jua tempatmu pulang,
    janganlah disusahi emas dan uang,
    itulah membawa badan terbuang.

    Tuntuti ilmu jangan kepalang,
    di dalam kubur terbaring seorang,
    Munkar wa Nakir ke sana datang,
    menanyakan jikalau ada engkau sembahyang.

    Tongkatnya lekat tiada terhisab,
    badanmu remuk siksa dan azab,
    akalmu itu hilang dan lenyap,
    (baris ini tidak terbaca)

    Munkar wa Nakir bukan kepalang,
    suaranya merdu bertambah garang,
    tongkatnya besar terlalu panjang,
    cabuknya banyak tiada terbilang.

    Kenali dirimu, hai anak dagang!
    di balik papan tidur telentang,
    kelam dan dingin bukan kepalang,
    dengan siapa lawan berbincang?

Pertanyaan Lainnya